Salah satu film body horor yang sedang ramai diperbincangkan, membawa kita ke satu judul yang baru hadir di bulan ini. Sebagai film body horor, The Substance mampu menyajikan tema ini dengan cukup mengganggu sebagaimana mestinya.
Melalui premis yang tak kalah mengesankan, The Substance mampu secara efektif menjadi film yang sukses menghantui tanpa bantuan jumpscare biasa, sekaligus memberikan kita standar baru bagi film-film horor modern.
Isu yang diangkat juga memang sedang bersinggungan dengan beberapa isu nyata yang ada saat ini, sehingga materi yang disajikan nyaris relate bagi sebagian orang. Memperoleh skor 91% di Rotten Tomatoes, mari coba kita urutkan hal-hal yang membuat film ini sukses menawarkan ketakutan, sekaligus rasa mengganggu yang efektif!
1. Premis Konflik yang Mengerikan
The Substance membawa pendekatan yang cukup unik, tentang rasa insecuritas aktris papan atas bernama Elisabeth Sparkle (Deemi Moore) yang sudah mulai menunjukan gejala penuaan.
Hal ini berdampak pada penurunan karirnya hingga dipecat dari beberapa program, dan dengan lebih tragis, dirinya harus mengalami kecelakaan yang mengharuskan dirinya dirawat di sebuah rumah sakit.
Nah, di rumah sakit inilah konflik dimulai. Salah satu dokter mencoba memberi rekomendasi kepada Sparkle tentang serum ajaib bernama The Substance, yang bisa membuatnya tampak jauh lebih muda namun dengan cara yang menjijikan.
Dirinya muncul dari celah punggungnya, yang divisualisasikan dengan cukup creepy. Hal ini tentunya berkaitan pada statement terkenal tentang “beauty is pain” yang cukup relate di era sekarang.
2. Kehancuran Tubuh yang Berkesinambungan
Setelah pengeluaran tubuh baru tersebut, nyatanya The Substance masih menggempur kita pada pemindahan tubuh dengan cara yang masih mengerikan. Sparkle harus memindahkan kesadaran dirinya setiap tujuh hari, dan tubuh yang ditinggal sebelumnya digambarkan berada di dalam fase dormant.
Tubuh yang baru, masih memerlukan serum penstabil yang membuatnya bisa tetap bertahan. Lebih mengerikannya, cairan ini diambil dari tubuh asli. Hal ini mungkin bersinggungan dengan konsep susuk atau santet yang menjadi urban legend di negara kita.
Siklus ini harus dilakukan secara berkesinambungan untuk bisa mempertahankan tubuh muda Sparkle, dan sekali lagi, setiap siklus ini ditampilkan dengan cara yang menjijikan.
3. Aspek Psikologi Karakter
Jika kita tarik pada masalah awal, tentu saja karakter Elisabeth Sparkle memiliki rasa insecure atas dirinya. Hal ini juga masih terjadi dalam tubuh mudanya. Justru dengan kehadiran serum ini, Sparkle menjadi semakin terjerumus pada rasa insecure yang menghantui dan berdampak pada dirinya yang semakin merasa sakit untuk bisa tetap muda.
Dirinya selalu ingin lebih, dan fakta bahwa tubuh mudanya hanya bisa bertahan selama tujuh hari, membuatnya semakin was-was untuk terus melakukan siklus ini lagi. Sparkle mulai membenci dirinya, mulai melanggar tata cara serum yang ada dengan menjauh dari kesadaran tubuhnya.
Justru Sparkle menjadi semakin adiktif dan merasa tak puas, ditambah ketenarannya yang semakin melesat. Hal ini berdampak pada transformasi dirinya yang semakin mengerikan. Layaknya zat adiktif, Sparkle semakin terjerumus ke upaya untuk bisa mengonsumsi lebih dari yang seharusnya.
Baca juga:
- 10 Film Horor Terbaik dengan Ending yang Menggantung
- 10 Film Hiu yang Underrated!
- 10 Film Horor Netflix yang Menarik Saat Halloween
4. Dualitas Diri yang Mengerikan
Berlanjut dari poin di atas, Sparkle digambarkan memiliki dua kesadaran yang tentu saja tidak stabil. Penonton semakin dijejali sisi emosional dan mentalitas Sparkle yang mulai memusuhi dirinya, serta sangat membenci fakta bahwa dirinya menjadi tua.
Tentu musuhnya saat ini bukan entitas supernatural, ataupun sosok tidak jelas yang meneror. Bukan seperti film horor tradisional, kita justru diperlihatkan bagaimana sang tokoh utama menyakiti dan menghantui dirinya sendiri.
Kesadaran yang semakin jomplang ini membuat Sparkle semakin tidak terkontrol dan terus menerus bertransformasi ke bentuk yang jauh lebih menjijikan. Paduan cerita dan visual yang mengesankan, memang menjadi daya tonjol yang ditawarkan oleh The Substance, sehingga cukup efektif memberi ketakutannya tersendiri!
5. Visualisasi yang Menjijikan
Jika kita perhatikan, sebenarnya The Substance merupakan film dengan visual yang tenang, cerah, dan cukup sunyi sebagai film horor. Namun, hal ini menjadi efektif menegangkan, dengan penonton yang diajak melihat perkembangan emosional dari sang karakter utama.
Ditambah dengan zat Substance yang over, membawanya ke perubahan bentuk yang mengerikan. Paduan cerita serta visualnya memang sangat layak dipuji sebagai elemen yang efektif memberi teror atas premis dan konfliknya.
Hingga akhir, kita masih dijejali beberapa perubahan mengerikan dari tubuh Elisabeth. Selama 2 jam, sebenarnya film ini bisa dikatakan sebagai film yang cukup tenang. Kita hanya bisa melihat transformasi Elisabeth ke tubuh Sue (Margaret Qualley), serta dualitas mereka yang semakin terobsesi saling memusnahkan. Segalanya nyaris menjijikan dan tajam, menjadikan The Substance nampak menunjukan cerita body horor yang semestinya.
6. Kehancuran Diri yang Mengerikan
Jika kita melihat ketentuan dari Substance, semuanya nyaris mengarah pada satu aspek, yaitu keseimbangan. Aspek ini yang dijadikan teror bagi The Substance melalui penampilan Sparkle yang tidak ada puasnya.
Sparkle sebenarnya dilarang untuk menyalin tubuh baru dari tubuh sebelumnya. Namun, peraturan ini dilanggar Sparkle yang justru memutuskan untuk membuat versi baru dari dirinya.
Adegan ini disajikan dengan cukup mengerikan, melalui peleburan Elisabeth dan Sue yang menjadi monster di acara Oscar. Tentu saja ini menjadi semakin mencekam ketika segalanya berubah menjadi kekacauan dan ketakutan.
Akhirnya, tubuh hibrida tersebut harus hancur dan memuntahkan semua organ yang berceceran di tengah keramaian. Kejadian ini sekaligus mengakhiri kutukan beauty is pain dengan cara yang kejam dan tentu saja menjijikan.
7. Cukup Traumatis
Bagi sebagian penonton, film ini cukup menyisakan rasa traumatis emosional. Dengan ending yang ditampilkan wajah monster tersebut nampak tersenyum di walk of fame Elisabeth, memberikan kita satu pesan kuat dari inti narasi yang ada.
Segalanya nyaris mengesankan dan efektif. Tanpa basa-basi, The Substance mampu memberi terornya tersendiri melalui aspek psikologi dari Elisabeth, serta keinginannya untuk menjadi cantik selamanya.
Beberapa penggambaran menjijikan ini membuat The Substance mampu menjadi film body horor modern yang creepy, sekaligus mengganggu. Namun secara cerita, The Substance cukup worth untuk dinikmati terlepas dari pengalaman mengganggu yang mungkin tidak cocok bagi sebagian orang.
Jangan sampai ketinggalan update berita terbaru dan pembahasan unik soal film hanya di BahasFilm.id.