Hereditary merupakan salah satu film horor yang banyak dianggap sebagai yang terbaik. Ari Aster selaku produser menjadikan Hereditary sebagai film debutnya yang ternyata mampu menyita perhatian banyak orang. Digarap dengan teknik berbeda dibandingkan film horor pada umumnya, Hereditary berhasil membuat banyak orang berdecak kagum.
Hingga hari ini Hereditary dianggap sebagai salah satu film horor paling mengerikan dan mengesankan yang pernah dirilis. Penasaran dengan anggapan ini, penulis mencoba untuk menontonnya. Hasilnya, Hereditary adalah film horor mengerikan yang mematahkan stigma.
Berikut ini adalah pembahasan mengenai review Hereditary yang bisa kita bahas secara mendalam. Penasaran? Mari kita bahas review Hereditary.
Sinospsi Singkat Hereditary
Hereditary adalah film horor psikologis karya Ari Aster yang mengisahkan keluarga Graham yang dihantui oleh warisan kelam setelah kematian sang nenek, Ellen. Annie, putri Ellen, mulai menyadari adanya keanehan dalam keluarganya, terutama pada putrinya yang misterius, Charlie. Setelah sebuah tragedi mengerikan menimpa Charlie, keluarga Graham terjebak dalam spiral kehancuran, duka, dan teror gaib.
Annie mencoba mencari jawaban melalui spiritualisme dan menguak rahasia kelam tentang garis keturunannya yang ternyata neneknya terlibat dalam kultus pemuja setan dan memiliki rencana mengerikan untuk cucu-cucunya. Suaminya, Steve, dan putranya, Peter, ikut terseret ke dalam rangkaian peristiwa supranatural yang mencekam.
Hereditary menyuguhkan atmosfer yang suram, akting menawan dari Toni Collette, dan kisah tentang trauma, warisan keluarga, serta kekuatan jahat yang diwariskan turun-temurun. Film ini disebut sebagai salah satu horor terbaik dalam dekade 2010-an.
Mengerikan Tanpa Bergantung pada Hantu dan Jumpscare
Hereditary adalah film horor yang berhasil membangun atmosfer menyeramkan tanpa mengandalkan hantu atau jumpscare. Sutradara Ari Aster dengan cermat menciptakan kengerian melalui ambience yang mencekam, dibentuk dari perpaduan cerita yang gelap dan musik yang intens.
Dari awal, film ini menanamkan rasa tidak nyaman melalui suasana rumah yang suram, ekspresi karakter yang penuh tekanan, serta misteri yang terus berkembang tanpa penjelasan langsung. Ketegangan ini tidak pernah dilepaskan, justru semakin diperkuat seiring waktu dan akhirnya meledak di akhir film.
Alih-alih memberikan jawaban cepat atau ketakutan instan lewat hantu, Aster memilih menebarkan rasa tidak pasti. Penonton dibiarkan bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi, dan hal ini menciptakan kecemasan psikologis yang lebih dalam.
Ketidakpastian itu membuat penonton gelisah, terus menebak-nebak arah cerita, tapi tak pernah benar-benar siap dengan apa yang datang.
Ari Aster secara sadar menolak menjadikan hantu atau jumpscare sebagai elemen utama dalam membangun horor. Ia justru memilih menghadirkan ketakutan dari atmosfer yang mencekam dan ketidakpastian yang mengganggu pikiran.
Kombinasi inilah yang membuat Hereditary terasa lebih mengerikan dibanding film horor konvensional. Dengan pendekatan ini, Hereditary tidak hanya menakuti secara visual, tetapi juga meresap ke dalam alam bawah sadar penontonnya, meninggalkan bekas ketakutan yang bertahan lama setelah film selesai.
Tidak Ada Hal Menyenangkan di Hereditary

Hereditary adalah film yang sepenuhnya tenggelam dalam kegelapan tanpa ruang bagi kebahagiaan sedikit pun. Sejak menit awal, Ari Aster langsung membangun kesan horor dan kelam tanpa memberi jeda untuk penonton bernapas.
Tidak ada momen menyenangkan, hangat, atau menggembirakan yang biasanya menjadi selingan dalam film sejenis karena Hereditary menolak semua itu. Cerita langsung dibuka dengan kematian Ellen, sang nenek, yang menjadi pemicu dari rangkaian tragedi berikutnya.
Belum sempat penonton pulih, film ini memperlihatkan kematian Charlie, anak perempuan yang tampak misterius, dengan cara brutal yang mengagetkan dan membekas di benak siapa pun yang menontonnya. Kengerian tidak berhenti di situ, sebaliknya, ia terus tumbuh, mengakar dalam dinamika keluarga Graham yang penuh trauma dan ketegangan.
Setiap adegan diselimuti suasana muram dan menyesakkan, seolah tidak memberi ruang bagi harapan. Hingga akhir film, semuanya mengarah pada tragedi. Tidak satu pun karakter berhasil selamat secara fisik maupun mental. Ending-nya pun menyedihkan dan pahit, memperlihatkan kehancuran total keluarga Graham tanpa keadilan atau penebusan.
Dengan menolak memasukkan elemen menyenangkan dan menutup cerita dengan akhir yang suram, Hereditary menegaskan dirinya sebagai horor psikologis yang berbeda di masanya, lebih kelam, lebih menyiksa batin, dan jauh dari formula mainstream.
Fokus pada Lingkup Kecil, Terasa Sangat Personal

Hereditary adalah film horor yang bekerja dalam lingkup kecil namun menghasilkan dampak emosional yang sangat besar. Cerita berpusat sepenuhnya pada keluarga Graham, menjadikan mereka sebagai inti dari segala konflik, teror, dan tragedi.
Karakter di luar keluarga ini hanya berperan sebagai selingan, kecuali Joan, sosok misterius yang ternyata merupakan bagian dari kultus mengerikan dan memainkan peran besar dalam kehancuran keluarga Graham. Fokus yang begitu terpusat pada satu keluarga membuat film ini terasa sangat personal.
Sebagai penonton, kita diajak menyelami dinamika internal yang rapuh antara Annie, Steve, Peter, dan Charlie. Hubungan yang awalnya sudah tegang menjadi semakin terpecah usai kematian Ellen, sang nenek. Lingkup cerita yang kecil ini menciptakan kedekatan emosional dengan karakter, hingga muncul pertanyaan menakutkan di benak penonton: “Gimana kalau ini terjadi di keluarga gue?”
Dengan memusatkan teror dalam ruang rumah dan kehidupan domestik sehari-hari, Hereditary memutarbalikkan kesan bahwa rumah adalah tempat aman. Sebaliknya, rumah dalam film ini menjadi sarang ketegangan dan kengerian. Tidak hanya itu, fokus sempit ini juga membuat nasib tragis keluarga Graham terasa lebih menyakitkan, karena kita melihat kehancuran mereka dari dekat, tanpa gangguan subplot besar lain.
Keterbatasan lingkup cerita justru memperkuat rasa kehilangan, duka, dan ketakutan. Hereditary membuktikan bahwa horor paling menakutkan bisa berasal dari hal yang paling dekat dengan kehidupan kita sendiri.
Hereditary Seperti Genre Sendiri di Masanya

Film ini bisa dibilang hadir sebagai genre horor tersendiri di masanya. Film ini tidak mengikuti formula horor mainstream yang mengandalkan hantu, jumpscare, atau pembunuhan brutal sebagai alat utama menakut-nakuti penonton.
Ari Aster justru menciptakan kengerian yang lahir dari trauma keluarga, suasana kelam, dan ketidakpastian yang mengganggu secara psikologis. Intensitas dibangun perlahan melalui narasi yang suram dan musik yang mencekam, lalu meledak di akhir dengan cara yang menyakitkan dan tak terlupakan.
Tanpa menghadirkan momen menyenangkan, film ini menawarkan pengalaman yang dingin, emosional, dan menguras mental. Dengan fokus pada lingkup kecil, yakni keluarga Graham, Hereditary terasa sangat personal dan menyentuh sisi terdalam ketakutan manusia.
Pendekatan ini membuatnya tampak seperti horor psikologis dalam wujud baru, lebih realistis, lebih mengganggu, dan jauh dari tipikal film horor pada umumnya. Hereditary bukan sekadar film, tapi pengalaman yang membekas.
Tonton Hereditary di sini Jangan sampai ketinggalan update ber