Review Don’t Move, Horor Nanggung Antiklimaks

Don’t Move menjadi salah satu film yang bisa kamu saksikan di tahun 2024. Film ini dirilis pada 25 Oktober 2024 dan kamu bisa menyaksikannya lewat Netflix. Mungkin jika melihat Don’t Move, kalian bakalan dejavu dengan serial Don’t lainnya yaitu Don’t Breathe.

Benar saja, Don’t Move mengangkat ide seperti Don’t Breathe yakni tentang seseorang yang kabur dari seorang psikopat. Lantas apakah Don’t Move mampu memenuhi ekspektasi dan bisa menyeimbangkan diri dengan Don’t Breathe? Mengapa kami mengatakan bahwa film horor ini nanggung? Berikut review Don’t Move!

Tema Masih Seputar Dikejar Psikopat

review don't move

Ketika Don’t Breathe meluncur, kita benar-benar disuguhkan film horor kejar-kejaran dengan psikopat tapi idenya baru dan cemerlang. Alih-alih psikopat sehat, Don’t Breath mengajak kita menghindar dari psikopat buta eks tentara. Dari segi fisik, bidikan tembak, dan strategi, orang buta ini benar-benar mengerikan.

Don’t Move masih menggunakan tema yang sama yaitu dikejar-kejar psikopat juga. Tapi sayangnya, tidak ada sosok mengerikan seperti Norman Nordstrom dari Don’t’ Breathe. Di Don’t Move, kita hanya melihat seorang psikopat tampan bernama Richard yang ingin melakukan eksperimen terhadap karakter bernama Iris.

Satu-satunya hal mengerikan yang dilakukan oleh Richard untuk memangsa tergetnya adalah membuat tubuh Iris tak mampu bergerak atau berbicara. Andai saja karakter Richard dibuat lebih mengerikan seperti Norman, mungkin Don’t Move akan jauh lebih menegangkan.

Intensitas Ketegangan Menurun

review don't move

Review Don’t Move selanjutnya adalah mengenai intensitas cerita. Umumnya, menonton film psikopat, seiring berkembangnya cerita, maka intensitas ketegangan bakal bertambah. Bahkan saking bertambahnya, terkadang ada orang yang kena mental mulai dari muntah sampai tak lagi melanjutkan nonton.

Sayangnya hal tersebut tidak terjadi pada Don’t Move. Satu-satunya ide gila di film ini adalah membuat karakter utamanya yaitu Iris untuk tidak bisa bergerak dan berbicara. Kondisi ini membuat Iris susah untuk kabur dan meminta tolong.

Tapi, obat tersebut punya durasi atau batas aktif. Ketika efek obat ini memudar, Iris akan mampu berkomunikasi serta bergerak kembali. Semakin mampunya Iris aktif meminta tolong atau kabur, kita tidak lagi merasakan ketegangan.

Meski begitu, harus diakui jika opening dari konflik yang terjadi di film ini menjadi salah satu yang terbaik untuk kita saksikan.

Ide Sendiri dan Tak Bisa Bergerak Terlampau Sadis

review don't move

Terkadang film akan melampaui batas-batas logika yang ada di dunia nyata. Ide Don’t Move ini harusnya menjadi ide mengerikan di mana sang karakter utama tidak akan selamat dari psikopat. Tapi, film ini justru malah membawa sang protagonis utama pada kesempatan untuk selamat.

Sendiri di kaki gunung bersama psikopat, tidak bisa bergerak, dan tidak bisa berbicara, ada banyak kesempatan untuk sang psikopat menghabisi mangsanya. Ide ini terlampau sadis dan bisa jadi sangat mengerikan. Namun, film ini justru membawa sejumlah hal klise yang membuat kengerian pudar begitu saja.

Ide Antagonis Semi-Manusiawi Patut Diacungi Jempol

review don't move

Alih-alih seorang yang tanpa ampun, Don’t Breathe membawa kita pada seorang antagonis dengan sifat manusiawi yang kental. Karena depresi masa lalu, Richard berubah menjadi sosok mengerikan yang siap membunuh siapapun yang menurutnya potensial untuk dibunuh.

Tapi, Richard di sisi lain merupakan seorang ayah dan suami yang penyayang pada keluarganya. Ada satu adegan ketika dia menelepon keluarganya. Di situ Richard benar-benar menunjukkan sikap penyayangnya, berbeda 180 derajat dari apa yang kita saksikan ketika dia menculik Iris.

Mejelang akhir film, kita juga bisa melihat sisi manusia dari Richard saat Iris membuatnya ragu dengan membahas keluarganya. Di situ Richard yang tadinya yakin ingin membunuh Iris justru malah ragu. Richard juga menjadi lebih emosional ketika keluarganya dibahas Iris.

Ide menciptakan monster manusiawi cukup cerdas. Hal ini membuat Richard bisa disejajarkan dengan Jigsaw, pembunuh kejam namun tetap punya sisi manusiawi.

Kesimpulan

Nah, itulah review Don’t Move dan sejumlah hal yang bisa kita bahas. Meskipun banyak kekurangannya dan cenderung berkurang kengeriannya seiring berjalannya cerita, Don’t Move tetap patut diapresiasi berkat idenya yang mengerikan dan juga karakter antagonisnya yang masih punya sisi manusiawi.

Gimana menurut kamu? Apakah kamu sudah menonton film horor yang satu ini? Jika belum, maka review Don’t Move ini bisa menjadi acuan apakah film ini seru apakah tidak.

Tonton Don’t Move di sini

Jangan sampai ketinggalan update berita terbaru dan pembahasan unik soal film dan series hanya di BahasFilm.id.

Penulis
  • Bang Adam

    Suka berbagai genre film. Pelan-pelan hobi nonton jadi hobi review dan akhirnya beneran kecebur di dunia kepenulisan film. Hobi jadi kerjaan? Kenapa gak?

Don't Move
Featured

Director: Adam Schindler, Brian Netto

Date Created: 2024-10-25 15:28

Peringkat Editor:
3

Pros

  • - Karakter antagonis yang masih manusiawi

Cons

  • - Terasa kurang menegangkan seiring berjalannya cerita
  • - Andai lebih logis, film ini jadi jauh lebih mengerikan
Don't Move
Featured

Director: Adam Schindler, Brian Netto

Date Created: 2024-10-25 15:28

Peringkat Editor:
3

Pros

  • - Karakter antagonis yang masih manusiawi

Cons

  • - Terasa kurang menegangkan seiring berjalannya cerita
  • - Andai lebih logis, film ini jadi jauh lebih mengerikan
Share:

Tinggalkan komentar

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.