Dracula menjadi salah satu novel karya klasik dari Bram Stoker yang membawa pengaruh luas terhadap kehadiran sosok-sosok vampir yang kita ketahui sekarang. Cerita ini diangkat ke dalam media film di tahun 1992 melalui sentuhan apik Ford Capella, dan seakan membius penggemar pada sosok penghisap darah hingga 3 dekade setelah perilisannya.
Lewat pendekatan romansa, awalnya penulis berpikir bahwa Bram Stoker’s Dracula akan dikemas layaknya film-film teenlit seperti Twilight yang nampaknya terpengaruh dengan beberapa elemen film ini. Statement di atas mampu dipatahkan setelah penulis menyelesaikan film ini dan membawa beberapa elemen yang mengesankan lebih daripada cinta-cinta remaja biasa.
Melalui kacamata gen-z, pengalaman menonton film Dracula memberikan pandangan menarik tentang plot karakter vampir klasik dengan sifat sentimental yang hadir akibat takdir tragis dengan segala ambisi dan kesetiaan dalam sebuah kisah cinta klasik.
Kita akan diajak menilik berbagai perasaan emosi dan aksi atas hal yang terjadi pada sosok Vlad the Impaler dan hubungannya dengan sang belahan kasih, Elisabeta, serta pelbagai lika-liku yang menyelimutinya.
Premis Vampir Tragis dan Melankolis
Dalam beberapa part awal cerita, Dracula langsung menonjol lewat elemen visual gothic dengan beberapa pendekatan emosional yang lebih mengarah pada kemarahan. Dengan elemen ini, penonton mungkin bisa sedikit menangkap bagaimana inti narasi tentang romantisme tragis dari sang vampir akan membawa cerita hingga akhir.
Namun, hal itu tidak langsung mengarah begitu saja ke konflik inti. Segala penyajian yang ditawarkan nampak tidak buru-buru, serta cukup mampu memberikan puzzle-puzzle pendukung sebelum kita tiba di klimaks cerita.
Mengingat bahwa film ini merupakan adaptasi sastra, Dracula mampu menonjolkan perjalanan naratif dari sang sosok Count Dracula yang hadir atas kekecewaannya terhadap Tuhan dan berpegang kepada keabadian dengan terstruktur dari awal hingga pertengahan cerita.
Elemen penceritaan awal di atas, menjadi satu sorotan kesuksesan Ford Capella dalam mengolah adaptasi ini. Dengan tidak terburu-buru, pesan tentang Count Dracula yang kembali mengingat istrinya Elisabete dalam sosok Mina, menjadi satu eksekusi mengesankan sebagai plot awal cerita hingga menuju ke konflik utamanya.
Gary Oldman Sebagai Vampir Flamboyan yang Tragis
Salah satu desain karakter eksentrik memang menjadi ciri khas kuat yang ditawarkan oleh Dracula. Dengan latar London yang penuh intrik industrialisasi, Gary Oldman hadir lewat penampilan yang sedikit flamboyan dan mampu menjadi sosok menonjol dari penggambarannya sebagai seorang vampir.
Meskipun tampak creepy dalam penampilan vampir tua, namun desainnya mampu membawa visualisasi kuat dari karakternya; obsesif, melankolis, dan tragis. Ketika beralih ke penampilan mudanya, kita akan melihat bagaimana karakter tersebut tampak lebih tenang dan menonjol lewat kharismatiknya.
Namun, hal itu tidak memengaruhi bagaimana watak dari sang karakter. Hal ini mampu ditunjukan dengan sangat luar biasa oleh Gary Oldman, untuk tetap membawakan setiap ekspresi dari emosi dengan dua penampilan yang sangat berbeda.
Tak kalah juga penampilan dari Winona Ryder sebagai Mina Harker, yang tampil menawan dengan penggambaran karakter wanita anggun dan mengesankan sebagai sosok penarik obsesi dari sang tokoh utama.
Pemeran-pemeran dalam film Dracula nyaris secara keseluruhan mengesankan, meskipun dalam penceritaan beberapa karakternya terasa kurang dan tidak mendapatkan porsi yang pas.
Baca juga:
- 15 Rekomendasi Film Horor 90an yang Masih Relevan
- Trailer Venom 3 Dirilis, Knull Resmi Jadi Musuh Utama
- Bom Hiroshima Bakal Diangkat Menjadi Film
Beberapa Karakter Terbuang Begitu Saja
Tak dapat dipungkiri jika nama besar dalam Dracula saling berkaitan untuk membangun nama besar dari film ini. Mulai dari cast, sutradara, dan naskahnya sendiri, mampu dihadirkan dengan totalitas dalam balutan tim yang tampaknya berambisi tinggi untuk menyajikan adaptasi ini.
Namun, yang terasa janggal mungkin berada di beberapa karakter yang tampil lemah dalam cerita. Lucy dan Renfield menjadi dua sosok yang cukup disayangkan dan seharusnya bisa dieksplorasi dengan lebih luas dengan dampak yang lebih mendalam.
Mengingat kedua karakter tersebut cukup berpengaruh untuk membentuk bingkai yang menyelimuti sang karakter utama, tentunya ketika melihat bahwa mereka hanya memberi sedikit dampak ke inti konflik, menjadi satu hal yang terasa kurang tuntas dalam cerita.
Film Klasik yang Masih Menarik
Mungkin Bram Stoker’s Dracula akan mematahkan ekspektasi penonton yang mengharapkan elemen horor menjadi inti narasi yang dihadirkan. Dengan narasi utama tentang kesetiaan sang vampir, film ini menawarkan romansa gothic yang cukup mengesankan dari segi premis.
Namun untuk keseluruhan cerita, masih terdapat beberapa hal yang terasa janggal dan tidak cukup puas untuk diselesaikan. Dengan rangkaian cast dan kru yang mengesankan, Bram Stoker’s Dracula terasa mewah di visual serta elemen-elemen yang menyelimutinya, dan masih menarik untuk penggemar cerita klasik.
Jangan sampai ketinggalan update berita terbaru dan pembahasan unik soal film dan series hanya di BahasFilm.id.
Bram Stoker's Dracula
Director: Francis Ford Coppola
Date Created: 1992-09-13 14:48
4.8
Pros
- Premis Vampir Tragis dan Melankolis
- Gary Oldman Sebagai Vampir Flamboyan yang Tragis
- Film Klasik yang Masih Menarik
Cons
- Beberapa Karakter Terbuang Begitu Saja
Bram Stoker's Dracula
Director: Francis Ford Coppola
Date Created: 1992-09-13 14:48
4.8
Pros
- Premis Vampir Tragis dan Melankolis
- Gary Oldman Sebagai Vampir Flamboyan yang Tragis
- Film Klasik yang Masih Menarik
Cons
- Beberapa Karakter Terbuang Begitu Saja