Film Abadi Nan Jaya membuka kisahnya dengan konflik keluarga yang ingin menjual pabrik jamu legendaris mereka, Wani Waras. Di tengah perdebatan sengit antaranggota keluarga, muncul tragedi tak terduga ketika sang ayah meneguk jamu terbaru bernama Abadi Nan Jaya.
Bukannya menyehatkan, ramuan itu justru menjadi awal dari wabah zombie yang menyeramkan. Ide ceritanya terdengar segar dan unik, memadukan drama keluarga dengan horor satir khas local, namun eksekusinya menimbulkan perdebatan.
Dalam ulasan ini, kita akan membedah bagaimana ide brilian tersebut berakhir menjadi tontonan dengan eksekusi yang terasa tirus atau kurang berisi. Berikut ini adalah review Abadi Nan Jaya yang bisa kamu lihat dan ketahui.
Ide Plot Bagus, Eksekusi Membosankan

Hal pertama yang bakal penulis sasar dalam review Abadi Nan Jaya adalah soal plot.
Abadi Nan Jaya sebenarnya memiliki ide dasar yang sangat jenius dan original. Mengangkat tema penyebaran wabah zombie lewat jamu khas nusantara, film ini berhasil menghadirkan konsep segar yang belum pernah dijajal oleh film horor Indonesia sebelumnya.
Di seperempat awal film, ketegangan langsung terasa, penonton disuguhkan suasana mencekam yang memikat dan menjanjikan konflik menarik. Namun, sayangnya pesona itu cepat memudar. Memasuki paruh tengah hingga akhir, alur cerita terasa monoton karena hanya berfokus pada usaha para tokohnya untuk melarikan diri dari zombie outbreak di Desa Wanirejo.
Tidak ada plot twist berarti, tidak ada tokoh antagonis yang kuat, membuat cerita berjalan datar dan mudah ditebak. Akibatnya, potensi ide besar yang dimiliki film ini gagal dimanfaatkan sepenuhnya, menjadikan Abadi Nan Jaya sebagai tontonan dengan konsep brilian tapi eksekusi yang membosankan.
Penokohan Hambar Tanpa Rasa

Aspek review Abadi Nan Jaya selanjutnya adalah mengenai penokohan dan karakter. Penokohan dalam Abadi Nan Jaya sayangnya menjadi salah satu aspek paling lemah dalam keseluruhan film. Hampir semua karakter terasa hambar dan tidak meninggalkan kesan berarti.
Meskipun masing-masing tokoh memiliki masalah pribadi dan sisi emosionalnya sendiri, penyajiannya terasa dangkal dan tidak pernah benar-benar menyentuh penonton.
Contohnya, karakter Bambang yang seharusnya menjadi figur tragis, dari sosok gagal hingga akhirnya berkorban tidak memiliki kekuatan emosional yang cukup untuk membuat penonton peduli. Begitu pula konflik antara Kenes dan Rudy, yang seolah ditulis sekadar untuk mengisi waktu tanpa kedalaman atau tensi yang memikat.
Padahal, ide tentang konflik psikologis dan dinamika keluarga yang dihadirkan sebenarnya memiliki potensi besar. Dengan eksekusi yang lebih detail dan penggalian karakter yang serius, Abadi Nan Jaya bisa saja menjadi drama horor dengan lapisan emosi yang jauh lebih kuat.
Kenapa Tidak Ada Sosok Antagonis?

Salah satu hal paling mencolok dari film Abadi Nan Jaya adalah absennya sosok antagonis. Dalam film bertema zombie, biasanya selalu ada karakter yang membuat penonton emosi, entah karena sifat egois, jahat, atau keputusan moralnya yang abu-abu. Contoh terbaiknya bisa dilihat di Kingdom, Train to Busan, hingga Resident Evil, yang semua menghadirkan ketegangan bukan hanya dari zombie, tetapi juga dari manusia itu sendiri. Namun, Abadi Nan Jaya memilih jalur berbeda.
Film ini tampak hanya ingin memamerkan visual zombie tanpa menambahkan dinamika konflik antarmanusia. Semua karakter di sini digambarkan terlalu “baik,” saling membantu dan bersatu di tengah kekacauan.
Akibatnya, alur terasa datar tanpa gesekan moral yang menarik. Andai saja ada satu atau dua karakter antagonis, konflik dan ketegangan emosional bisa lebih tajam, serta membuat penokohan setiap karakter terasa lebih hidup dan berlapis.
Ajang Pamer Visual Memanjakan Mata

Review Abadi Nan Jaya selanjutnya adalah soal visual. Meskipun Abadi Nan Jaya menuai banyak kritik dari sisi plot dan pengembangan cerita, film ini justru tampil meyakinkan dari segi spesial efek dan visual. Kualitas efek yang ditampilkan terasa sangat matang, menunjukkan bahwa tim produksi benar-benar serius dalam menghadirkan pengalaman horor yang imersif.
Visual kehancuran, kekacauan desa, serta aksi para zombie dibuat dengan detail yang mengesankan, memberikan kesan realistis dan intens di setiap adegan. Koyakan daging zombie, cipratan darah, hingga tubuh-tubuh yang terinfeksi divisualisasikan tanpa kompromi, menegaskan bahwa film ini tidak main-main dalam urusan teknis.
Efek ledakan yang muncul di beberapa adegan pun ditangani dengan sudut kamera yang tepat, menghadirkan sensasi tegang dan dramatis tanpa terlihat murahan. Perpaduan antara teknik kamera, pencahayaan, dan tata visual berhasil menciptakan atmosfer bencana yang kuat, bahkan lebih meyakinkan daripada alur ceritanya sendiri.
Secara keseluruhan, meski Abadi Nan Jaya kurang menggigit dari sisi plot, kualitas spesial efek dan visualnya mampu menutupi sebagian kekurangan dan menjadi nilai jual utama yang membuat film ini tetap layak ditonton oleh penggemar horor, gore, dan zombie.
Layak Ditonton, Kekurangannya Bisa Dijadikan Pelajaran

Sebagai penutup, Abadi Nan Jaya memang memiliki sejumlah kekurangan yang cukup mengganggu, terutama pada aspek plot, pendalaman karakter, dan minimnya konflik antarmanusia. Ide-ide besar yang sebenarnya sangat potensial tidak digarap sedalam yang seharusnya, sehingga banyak momen yang terasa datar dan mudah ditebak.
Namun, kelemahan tersebut tidak serta-merta membuat film ini jatuh sepenuhnya. Justru, di beberapa sisi lain, film ini menunjukkan kualitas yang patut diapresiasi. Spesial efek, visual zombie, tata artistik, hingga atmosfer kehancuran dibangun dengan sangat baik dan berada di level yang jarang ditemukan dalam film horor Indonesia.
Lebih dari itu, Abadi Nan Jaya adalah karya anak bangsa yang membawa ide segar, menggabungkan budaya jamu nusantara dengan genre zombie secara unik dan berani.
Keberanian untuk keluar dari formula horor lokal yang repetitif patut diberi apresiasi, bahkan meski eksekusinya belum maksimal.
Dengan semua kelebihan teknis dan inovasi konsepnya, film ini tetap sangat layak ditonton, terutama bagi kamu yang ingin mendukung perkembangan industri film Indonesia.
Terlepas dari kekurangannya, Abadi Nan Jaya menawarkan pengalaman hiburan yang menghibur dan menjadi bukti bahwa sineas lokal terus berkembang dan berani bereksperimen dengan ide-ide baru.
Itulah review Abadi Nan Jaya yang bisa kamu tahu. Meski banyak kurangnya, film ini tetap layak ditonton. Kita tinggal tunggu apakah sekuelnya bisa memberikan banyak perubahan,
Jangan sampai ketinggalan update berita terbaru dan pembahasan unik soal film dan series hanya di BahasFilm.id.
- Review Abadi Nan Jaya: Ide Bagus Eksekusi Tirus - 19 November 2025
- Sinopsis Tron Ares dan Pemerannya, Jared Letto Siap Perang! - 8 Oktober 2025
- 5 Film Horor Indonesia yang Siap Menghantui Kamu Oktober 2025 - 29 September 2025





