Sulit untuk menanggalkan nama Toshiro Mifune dari pengaruhnya pada skena sinema Jepang, dan bahkan mungkin dunia. Dirinya merangkap sebagai aktor dan produser, serta menjalin beberapa kolaborasi yang ikonik, khususnya bersama Akira Kurosawa yang hingga kini mampu mengangkat dunia perfilman Jepang menjadi semakin diperhitungkan.
Lekat sebagai aktor hero, ataupun manly, menjadikan Toshiro Mifune sangat tak asing bagi penggemar film-film bertemakan samurai Jepang, khususnya di era 60-70an. Tak hanya itu, keikonikannya mampu mendefinisikan lagi sinema Jepang yang cukup menarik perhatian, baik di dunia film maupun pembahasan literatur yang mengulas sisi kedalaman cerita yang dihadirkan!
Pengaruhnya cukup luas, bahkan di lingkup terkecil di kehadirannya sebagai aktor, Mifune langsung mudah dikenali dan kharismatik, yang membuatnya banyak diidolakan oleh penonton. Selain kolaborasinya dengan Akira Kurosawa, mari kita coba telisik kembali untuk mengurutkan daftar film terbaiknya yang juga membawa peran yang mengesankan.
1. Seven Samurai
Seven Samurai menjadi salah satu film paling berpengaruh dalam sejarah perfilman Jepang dan bahkan perkembangan film modern. Mengikuti tujuh prajurit yang ditugaskan untuk melindungi desa miskin dari geng bandit, dalam film ini Mifune memerankan Kikuchiyo, seorang petani setengah gila yang berubah-ubah dalam penyamaran sebagai seorang ksatria Samurai.
Kehadiran Mifune dalam film ini memberikan peran besar, baik dari aspek emosional cerita, dalam balutan aksi dan tragedi. Segalanya nyaris tampak mentah, namun sempurna, dan hal inilah alasan yang menjadikan Seven Samurai mengesankan.
Film ini juga menjadi film yang cukup ikonik dari perjalanan Mifune, dengan karakter yang juga tak kalah ikonik dan cukup mencolok dari rangkaian karakter yang ada, lewat sisi komedi yang ditonjolkan, serta balutan tragedi yang memang menjadi aspek besar dari cerita ini.
2. High and Low
Mifune memang lekat dengan tuangan artistik pada sisi-sisi yang ada di masyarakat Jepang, dan salah satu filmnya berjudul High and Low, memberikan kita gambaran yang cukup ironis dari kondisi masyarakat Jepang pasca perang.
Secara tema besar, film ini merupakan cerita thriller kejahatan, dengan adegan menegangkan atas kisah seorang pengusaha kaya bernama Kingo Gondo yang diperankan oleh Mifune dan menghadapi dilema moral atas salah culik yang menimpa putra sopirnya.
Premis tersebut membawa Gondo ke pilihan kejam atas kekayaan yang dimiliki, atau menyelamatkan anak dari sang sopir yang diculik. Namun, hal lain yang tak bisa dilewatkan adalah bagaimana cerita High and Low sebenarnya memperlihatkan gap antara masyarakat Jepang pasca perang.
Dengan Gondo sebagai sosok yang mewah dan kemiskinan orang-orang di sekitarnya. Melalui konflik internal yang intens, dan situasi-situasi yang memperparahnya, High and Low menjadi film Mifune yang secara garis besar istimewa hingga sekarang.
3. Yojimbo
Yojimbo membawa penonton melihat situasi Mifune sebagai seorang pengembara licik yang tiba di sebuah kota yang bermusuhan dan mereka saling mencoba untuk mengakuisisi bisnis judi yang menguntungkan tersebut.
Dalam balutan momen-momen humor dan adegan-adegan kekerasan, Yojimbo memberikan pendekatan yang unik di zamannya dengan menggabungkan aspek aksi dan humor yang cukup mengesankan. Segalanya nyaris sempurna dan istimewa, baik dari karakter Mifune sendiri, koreografi, serta elemen-elemen pendukung cerita, membuatnya menjadi satu kesatuan cerita yang tetap menarik untuk dinikmati hingga sekarang.
Jika kalian ingin puas melihat Mifune sebagai sosok utama, mungkin Yojimbo adalah pilihan yang sangat cocok!
4. Rashomon
Salah satu film yang cukup progresif di zamannya. Kurosawa selaku sutradara nampaknya mencoba melebar batasan film-film aksi pada umumnya, dengan pendekatan unik pada Mifune sebagai Tajomaru, seorang bandit pembunuh yang ditampilkan secara 4 narasi!
Hal ini yang sekarang kita kenal dengan Rashomon Effect, yang membuat Rashomon tidak hanya menawan, namun juga membawa dampak yang signifikan. Setiap penceritaan narasinya, mencoba menyajikan perspektif kebenaran yang berbeda-beda, dengan penggambaran sebagai penjahat, korban, dan bahkan pahlawan.
Struktur naratif ini memberikan sebuah pandangan luas, bahwa ternyata pendekatan film tidak selamanya hanya berkisar pada hitam dan putih. Melihat Mifune sebagai Tajomaru juga tak kalah mengesankan, dengan dirinya memiliki persona seorang bandit dengan sifat yang sempurna; liar, intens, dan tidak terduga.
5. Sanjuro
Sanjuro merupakan lanjutan kisah Yojimbo dengan masih mengikuti Mifune sebagai ronin pengembara tanpa nama. Kali ini dirinya membantu sekelompok samurai muda tanpa pengalaman yang sedang di misi untuk membongkar pejabat yang korup.
Cukup membawa nuansa yang lebih berbeda, Sanjuro nampak mencoba menggabungkan aksi dengan momen-momen humor light. Hal ini mungkin berasal dari karakter Mifune yang kali ini berkolaborasi dengan samurai junior, hingga terdapat gap yang lebih nampak seperti hubungan guru dan murid.
Plot inilah yang nantinya akan mengeksplorasi sisi-sisi humor dalam cerita, namun tanpa menanggalkan aksi yang memang menjadi tema utamanya. Sanjuro juga tetap menampilkan beberapa adegan memukau dari Mifune sebagai seorang ronin, dan menjadi film yang masih mengesankan untuk dinikmati hingga sekarang.
Baca juga:
- 10 Fakta Karakter Mitsuri Kanroji di Anime Demon Slayer!
- Mengapa Sauron Tidak Benar-Benar Mati di Ending Trilogi Lord of the Rings?
- Daftar Film dalam Universe The Conjuring Paling Seram!
6. Samurai Rebellion
Satu aspek yang mengesankan melihat Samurai Rebellion mengarahkan Toshiro Mifune dalam latar periode Edo Jepang. Dengan dirinya menjadi Isaburo Sasahara, seorang samurai tua yang menentang sang tuan untuk membela kehormatan keluarganya.
Konflik dimulai ketika sang putra dipaksa menikah dengan wanita simpanan tuannya. Hal ini membuat Isaburo mencoba memberontak terhadap penindasan yang ada di keluarganya, dengan adegan yang secara intens meningkat ke arah aksi yang sesungguhnya!
Kebijaksanaan Isaburo cukup ditonjolkan dalam cerita, dengan dirinya yang memang merupakan samurai senior. Secara luar biasa, Samurai Rebellion mencoba mengeksplorasi dampak emosional sang tokoh utama, sembari mempersiapkan adegan aksi yang nantinya meledak seiring berjalannya waktu setelah Isaburo merasa hal ini memang pantas untuk dilakukan.
7. The Bad Sleep Well
The Bad Sleep Well juga mengeksplorasi karakter Mifune sebagai sosok yang digambarkan di bayang-bayang penindasan dari pihak yang lebih berkuasa. Dengan cara yang lebih gelap, kita diajak melihat Koichi Nishi (Toshiro Mifune) mencoba membalas dendam kepada perusahaan korup yang bertanggung jawab atas kematian mendadak ayahnya.
Dengan lebih intens, Nishi memulai adegan pembalasan di sebuah pesta pernikahan di salah satu tokoh perusahaan tersebut. Secara cerdas, Nishi mulai menjalankan misi balas dendam sembari kita diperlihatkan tentang pertimbangan yang ada dari sang karakter.
Hal ini menjadikan Mifune sebagai karakter yang cukup berbeda dari kebanyakan peran lainnya, yang cenderung menonjolkan kekuatan fisik serta tekad kuatnya. Mungkin Koichi Nishi bisa digambarkan sebagai sosok mengesankan yang tetap tenang dan terkendali, meski di dalam benaknya terdapat emosi yang menghantui, seperti layaknya sosok antihero yang banyak kita ketahui di film modern.
8. The Hidden Fortress
Dirilis tahun 1958, The Hidden Fortress nyatanya mampu untuk menginspirasi film yang ada sekarang, bahkan memengaruhi cerita universe Star Wars George Lucas. Mifune sendiri memerankan Jendral Rokurota Makabe, pengawal setia seorang putri yang sedang berusaha melarikan diri melewati batasan musuh dengan bantuan dua petani yang cukup malang.
Meski terdapat bumbu-bumbu humor di dalamnya, The Hidden Fortress masih cukup mampu menonjol dengan ketegangan yang pas. Adegan aksi yang mengesankan khas Mifune juga hadir dalam film ini dan menandai kesuksesan sutradara Kurosawa ke film-film selanjutnya.
Sebagai seorang Jenderal, Mifune tampil dengan cukup charming, dengan perannya membimbing sang putri dan petani dalam perjalanan sulitnya. Secara keseluruhan cerita, bisa dibilang The Hidden Fortress cukup ringan dan nyaman untuk diikuti, dan hal ini sama sekali tidak memengaruhi kepuasan penonton atas apa yang disajikan oleh The Hidden Fortress.
9. Throne of Blood
Berada dalam latar peperangan Jepang, Throne of Blood menyajikan adegan yang sesuai dengan namanya; melalui pendekatan yang tragis dan kejam! Mifune berperan sebagai Taketori Washizu, seorang samurai dengan ambisi yang besar untuk menjadi penguasa.
Dirinya mengkhianati para rekannya untuk merebut kekuasaan komando dan semakin ke dalam, kita justru diperlihatkan sisi rapuhnya dengan rasa bersalah yang tentu menghantui. Film dengan cerita yang cukup gelap, jika kita melihat standar-standar film drama aksi populer yang ada.
Mulai dari point of view kelam dari sang tokoh utama, adegan menakutkan dari latar yang ada, serta momen-momen kekerasan yang menyertai, semuanya terbingkai lengkap di tangan Kurosawa.
Aspek ini juga ditambah dengan suasana film yang mencekam, dengan ketegangan yang sulit dijelaskan. Throne of Blood menjadi katalog menarik dari rangkaian film samurai Kurosawa dan tentu saja kiprah Toshiro Mifune!
10. Red Beard
Isu sosial menjadi tema besar yang digali dengan Red Beard, yang secara premis juga cukup mudah ditebak untuk mengetahui bagaimana film akan berarah. Dalam film ini, Mifune berperan sebagai seorang dokter bernama Kyojo Niide dan seorang dokter muda bernama Yasumoto yang ditugaskan di sebuah klinik pedesaan.
Dokter Niide memang terkenal temperamen dan berapi-api, hal ini yang membuatnya disemat sebagai Red Beard. Namun, dirinya memiliki etis yang tinggi terhadap profesinya dan mencoba membimbing Yasumoto tentang pengabdian terhadap kemanusiaan yang secara jika dihubungkan secara latar belakang, Jepang digambarkan dalam kondisi terpuruk akibat perang.
Jika kalian berharap akan ada adegan aksi intens layaknya film Mifune yang lain, mungkin harapan itu akan berakhir sia-sia. Red Beard mencoba menelusuri bagaimana kondisi perang, kemiskinan, kesenjangan, serta kehadiran sosok hero dalam kondisi gelap yang ada.
Sedikit fakta, film ini merupakan penanda berakhirnya kolaborasi antara Mifune dan sutradara Kurosawa, serta babak baru dari rasa artistik mereka yang berjalan ke cerita film yang lebih dinamis daripada sebelumnya.
Jangan sampai ketinggalan update berita terbaru dan pembahasan unik soal film hanya di BahasFilm.id.