10 Film Ralph Fiennes Terbaik Sebelum 28 Years Later

Ralph Fiennes merupakan salah satu sutradara terbaik yang menelurkan banyak karya. Salah satu karya terbarunya yang bakal dirilis adalah 28 Years Later yang sudah ditunggu selama bertahun-tahun. Bagi yang penasaran dengan kejeniusan Ralph Fiennes dalam meramu film, kamu bisa menyaksikan beberapa film.

Tidak hanya genre horor, Ralph Fiennes kerap menelurkan berbagai film dengan genre berbeda mulai dari fantasy hingga action. Berikut ini adalah 10 film Ralph Fiennes terbaik sebelum 28 Years Later yang bisa kamu saksikan. Ini ulasan lengkapnya!

1. Schindler’s List (1993)

Dalam film karya Steven Spielberg ini, Ralph Fiennes memerankan Amon Göth, seorang komandan kamp konsentrasi Nazi yang brutal dan tanpa belas kasih. Fiennes menciptakan salah satu potret paling mengerikan dari kejahatan manusia, menjadikan Göth simbol kekejaman Holocaust.

Karakter ini adalah antitesis sempurna dari protagonis Oskar Schindler, dan kehadirannya membawa ketegangan moral dan emosi luar biasa. Performa Fiennes yang intens membantunya meraih nominasi Oscar dan membuatnya diakui sebagai salah satu aktor terbaik di generasinya. Dengan tatapan tajam dan gestur tanpa empati, Fiennes menjadikan Göth sebagai sosok yang sulit dilupakan.

Film ini bukan hanya menjadi puncak karier Spielberg, tapi juga tonggak dalam perjalanan Fiennes sebagai aktor. Aktingnya memperlihatkan kedalaman psikologis yang luar biasa, menjadikan Schindler’s List karya monumental dalam sinema dan warisan abadi Fiennes.

2. The English Patient (1996)

The English Patient menampilkan Ralph Fiennes sebagai Laszlo de Almasy, pria terluka parah yang meratapi cinta terlarangnya dalam kenangan yang dikisahkan lewat narasi nonlinier. Film ini memadukan drama sejarah dengan kisah romansa tragis berlatar Perang Dunia II.

Fiennes tampil anggun, penuh emosi, dan memilukan sebagai pria yang terjebak dalam cinta, pengkhianatan, dan perang. Relasi karakter Laszlo dengan sang perawat dan mantan kekasihnya membuat film ini menyentuh, memperlihatkan kontras antara kelembutan dan kekejaman perang.

Karakternya melankolis namun penuh kedalaman, membuat penonton bersimpati bahkan ketika ia membuat keputusan keliru. Film ini sukses besar dan memenangkan banyak penghargaan, termasuk Oscar untuk Best Picture. Penampilan Fiennes memperkuat reputasinya sebagai pemeran utama film epik-romantis dan menempatkannya dalam daftar elite aktor film drama sejarah.

3. Harry Potter and the Deathly Hallows (2010–2011)

Sebagai Lord Voldemort, Ralph Fiennes menciptakan salah satu tokoh penjahat paling ikonik dalam sejarah film. Dalam dua bagian Harry Potter and the Deathly Hallows, Voldemort mencapai puncak kekuatannya dan menghadapi Harry dalam pertarungan terakhir di Hogwarts. Fiennes memadukan ketakutan, keangkuhan, dan fanatisme dalam karakternya. Suaranya yang tajam, ekspresi wajah dingin, serta gestur yang teatrikal menjadikannya pusat gravitasi film.

Meski penonton sudah mengenal sisi jahatnya sejak film keempat, Deathly Hallows memberikan ruang bagi Fiennes untuk menunjukkan kehancuran mental Voldemort saat kekuatannya mulai goyah. Aktingnya membuat generasi muda yang tumbuh bersama Harry mengenalnya sebagai simbol kejahatan sejati.

Berkat performa ini, Fiennes dikenal luas bukan hanya sebagai aktor drama berat, tetapi juga sebagai tokoh antagonis blockbuster yang memukau lintas generasi.

4. Red Dragon (2002)

Dalam Red Dragon, Ralph Fiennes memerankan Francis Dolarhyde, pembunuh berantai tragis dengan masa lalu penuh trauma. Sebagai antagonis utama, ia berhasil menciptakan karakter yang sama menyeramkannya dengan Hannibal Lecter, namun lebih manusiawi dan rapuh. Dolarhyde adalah pria terpecah antara sisi lembut dan obsesinya menjadi makhluk maha kuat, Red Dragon.

Fiennes menampilkan transformasi psikologis menakutkan, dari pria penyendiri hingga monster pembunuh. Emosinya yang terkekang, penderitaan batin, dan ledakan kekerasan diperankan secara meyakinkan.

Film ini menghadirkan thriller penuh ketegangan psikologis, dan kehadiran Fiennes sebagai karakter kompleks menjadi pusat keunggulan cerita. Ia membuat penonton merasakan ketakutan sekaligus kasihan, menunjukkan betapa berbahayanya luka masa lalu yang tak tersembuhkan. Lewat Red Dragon, Fiennes membuktikan keahliannya menjelajahi sisi gelap jiwa manusia secara mendalam dan menakutkan.

5. In Bruges (2008)

Fiennes tampil memukau sebagai Harry, bos kriminal yang temperamental dan penuh prinsip dalam In Bruges. Meski hanya muncul di paruh kedua film, karakter Harry sangat berpengaruh dan mencuri perhatian. Ia adalah sosok penuh ledakan emosi, keras kepala, dan memiliki pandangan unik tentang kehormatan dan moral, bahkan dalam dunia kriminal.

Dengan aksen London yang khas dan kemarahan yang eksplosif, Fiennes menghadirkan sosok yang mengintimidasi tapi juga ironis dan lucu. In Bruges adalah drama hitam dengan sentuhan komedi yang cerdas, dan karakter Harry menjadi bagian penting dari kontras itu.

Fiennes menghidupkan tokoh ini dengan intensitas dan ironi, menjadikan setiap kemunculannya tak terlupakan. Aktingnya dalam film ini menunjukkan keluwesan luar biasa, membuktikan bahwa ia tak hanya mahir dalam drama serius, tapi juga dalam peran penuh humor gelap dan absurditas moral.

6. The Menu (2022)

Dalam The Menu, Ralph Fiennes memerankan Chef Slowik, sosok jenius kuliner yang berubah menjadi dalang kekacauan. Karakternya menampilkan lapisan psikologis kompleks: penuh dendam terhadap elitisme dan kekosongan moral para tamunya. Fiennes membawakan peran ini dengan ketenangan menyeramkan dan karisma tak terduga.

Ia menjadi pengendali penuh setiap adegan, memadukan sindiran sosial dengan horor psikologis secara elegan. Film ini mengejek budaya konsumsi berlebihan dan pretensi di dunia fine dining, dan Fiennes menjadi cerminan dari kekecewaan artistik yang meledak.

Dengan ekspresi dingin dan dialog tajam, ia menciptakan suasana menegangkan tapi penuh ironi, menjadikan The Menu salah satu karya satire paling mencolok dalam kariernya. Performa Fiennes sebagai chef yang memanipulasi hidup dan mati lewat menu adalah bukti kemampuan aktingnya meresapi karakter ekstrem tanpa kehilangan kontrol naratif.

7. Coriolanus (2011)

Corolianus adalah adaptasi modern dari karya Shakespeare yang disutradarai sekaligus dibintangi Ralph Fiennes sebagai tokoh utama, Caius Martius Coriolanus. Film ini menggambarkan prajurit tangguh yang dikhianati negaranya sendiri dan memutuskan balas dendam dengan mengkhianati bangsanya. Fiennes menghadirkan intensitas luar biasa dalam setiap dialog dan konflik politik.

Penggabungan latar modern dengan teks klasik memperkuat nuansa militeristik dan ketegangan politik. Fiennes menampilkan transformasi emosional dari pahlawan ke pengkhianat dengan meyakinkan. Sebagai sutradara, ia mengarahkan dengan ketegasan dan gaya visual yang kuat, mempertegas relevansi abadi Shakespeare dalam dunia modern.

Aktingnya menunjukkan betapa dahsyatnya rasa frustasi dan kebanggaan yang bertabrakan. Coriolanus membuktikan kapasitas Fiennes sebagai aktor intelektual yang tak hanya menghidupkan peran klasik, tetapi juga menafsirkannya ulang dengan perspektif kontemporer yang kuat.

8. The Constant Gardener (2005)

Fiennes memukau sebagai Justin Quayle, diplomat Inggris yang menyelidiki kematian istrinya dalam skandal farmasi di Kenya. Dalam The Constant Gardener, ia tampil lembut, introspektif, dan penuh kesedihan. Film ini bukan hanya thriller politik, tetapi juga kisah cinta yang hancur oleh konspirasi global. Lewat narasi emosional, Fiennes memperlihatkan perjalanan seorang pria dari pasif menjadi pejuang kebenaran.

Hubungan karakternya dengan Tessa (Rachel Weisz) menjadi fondasi emosional yang kuat, dan chemistry mereka menyentuh. Aktingnya memperlihatkan kedalaman batin, membuat penonton ikut merasakan kehilangan dan tekad.

Film ini tak hanya mengangkat isu ketidakadilan industri obat, tapi juga menyoroti perubahan seseorang yang dibakar oleh cinta dan rasa bersalah. Fiennes membawa nuansa kemanusiaan ke dalam cerita investigasi ini, menjadikan The Constant Gardener sebagai salah satu film terbaik dalam genre politik dan drama personal.

9. The King’s Man (2021)

Sebagai Orlando Oxford, Ralph Fiennes menjadi pusat dari film prekuel Kingsman yang berlatar Perang Dunia I. Karakternya adalah bangsawan Inggris yang cerdas dan idealis, berusaha menghentikan konspirasi global yang bisa memicu kehancuran. Fiennes membawa aura elegan sekaligus keberanian, menyeimbangkan antara aksi dan drama keluarga.

Film ini menggabungkan sejarah fiktif dengan aksi bergaya unik khas Kingsman, dan Fiennes berhasil memberikan bobot emosional dalam dunia yang penuh ledakan dan lelucon. Melalui peran ini, ia menampilkan sisi mentor ala James Bond, namun dengan pendekatan lebih humanis dan historis.

Karakter Orlando bukan hanya mata-mata, tetapi juga ayah yang kehilangan, memberikan lapisan emosi tambahan yang memperkuat cerita. Fiennes menjadikan The King’s Man bukan sekadar film aksi, tapi juga kisah tentang kehormatan, pengorbanan, dan semangat memerangi kejahatan dengan kecerdasan.

10. Conclave (2024)

Dalam Conclave, Ralph Fiennes memerankan Kardinal Lawrence, pemimpin Dewan Kardinal yang menghadapi intrik politik dalam memilih Paus baru. Film ini membawa penonton ke balik dinding Vatikan, mengungkapkan konflik ideologi, rahasia, dan ketegangan spiritual. Fiennes tampil menawan dan tenang, menjadi jangkar naratif dalam drama berlapis ini.

Karakternya harus menavigasi antara kepercayaan, loyalitas, dan keinginan pribadi para kardinal lain. Lewat akting penuh kendali, ia membangun atmosfer penuh misteri dan gravitas. Film ini menonjolkan intelektualitas dan spiritualitas secara seimbang, dan Fiennes memberikan energi emosional yang halus tapi kuat.

Conclave menjadi salah satu kejutan sinematik 2024, diapresiasi karena akurasi religius dan kedalaman karakter. Penampilan Fiennes sebagai tokoh sentral dalam krisis kepemimpinan agama mengukuhkan kemampuannya menjelajah tema berat dengan empati dan keagungan.

Tonton beragam film Ralph Fiennes di sini

Jangan sampai ketinggalan update berita soal film dan pembahasan unik soal film hanya di BahasFilm.id.

Penulis
  • Bang Adam

    Suka berbagai genre film. Pelan-pelan hobi nonton jadi hobi review dan akhirnya beneran kecebur di dunia kepenulisan film. Hobi jadi kerjaan? Kenapa gak?

Share:

Tinggalkan komentar

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.