Melihat bagaimana perkembangan film di zaman sekarang, dengan berbagai teknologi, serta efek visual surreal yang dihadirkan, menjadi menarik untuk kita menilik ke belakang bagaimana film-film di awal abad ke-19 hadir dengan teknologi yang belum secanggih sekarang.
Menariknya, film-film ini mampu membuat kita sedikit terkejut, bahwa film seperti ini hadir di era tersebut. Tentu saja akan sulit membayangkan bagaimana effort yang mereka keluarkan dalam menghadirkan scene megah di filmnya.
Hal ini membuat penulis tertarik untuk mencoba mengkilas balik, film-film yang bisa dikatakan cukup progresif dan inovatif yang dirilis satu abad lalu. Bagi kalian pecinta film, tulisan ini bisa menambah wawasan menarik tentang bagaimana tonggak awal dunia sinema sebelum semasif sekarang.
1. The Cabinet of Dr. Caligari (1920)
The Cabinet of Dr. Caligori menjadi salah satu film yang memulai perkembangan kesenian sinema di Jerman. Dengan tema yang cukup gelap, film ini nampak seperti representasi dari latar belakang pemikiran gelap dan ekspresi kreatifitas khas dari kesenian Jerman pada saat itu.
Dengan fokus utama pada seorang hipnotis gila bernama Dr. Caligari, yang menggunakan seorang somnambulist (orang yang tidur sambil berjalan) bernama Cesare, untuk mengendalikan otaknya menjadi seorang pembunuh.
Mungkin bagi sebagian orang zaman sekarang yang menonton film ini, mampu terbawa atmosfer gelap dan kelam yang memang dibawa oleh filmnya. Sebagai film yang bisa dikatakan progresif, The Cabinet of Dr. Caligari menjadi salah satu bahan rujukan bagi sejarah perkembangan film hingga sekarang.
2. The Kid (1921)
The Kid menjadi salah satu film ikonik Charlie Chaplin yang merangkap sebagai sutradara dan karakter. Dengan komedi yang luar biasa pada zamannya, The Kid menghadirkan karakter Pengemis dan Jackie Coogan sebagai anak kecil yatim piatu yang membawa perjalanan mereka berdua sebagai inti cerita.
Dengan balutan drama, sepanjang film penonton akan melihat sisi ironi, namun ditutup oleh komedi yang membuat kita tertawa dengan candaan khasnya.Seperti halnya film khas Chaplin, setiap cerita menyisipkan pesan yang cukup mendalam dari kegelisahan masyarakat sehari-hari. Film ini menjadi film yang cukup everlasting, dan masih sangat bisa dinikmati hingga sekarang, dari berbagai usia, maupun latar belakang.
The Kid sekaligus mampu memberi dampak luas pada perkembangan film sekarang, dan mampu menjadi bukti Charlie Chaplin merupakan sosok yang jenius.
3. Sherlock Jr. (1924)
Sherlock Jr. juga menjadi salah satu film yang menjadi ikon komedi berbarengan dengan film-film Charlie Chaplin. Film bisu ini, disutradarai oleh Buster Keaton yang juga turut menjadi aktornya. Dengan elemen-elemen efek yang cukup inovatif dan trik-trik kamera yang cukup canggih di zamannya, Sherlock Jr. menjadi film yang menarik.
Premisnya cukup unik, dengan Keaton yang menjadi karakter juru parkir, dan juga menjadi seorang detektif jadi-jadian di dunia mimpinya. Tak asing dengan Sherlock Holmes? Ya, memang film ini terinspirasi dari kisah karakter jenius tersebut.
Dengan lelucon yang khas, Sherlock Jr. masih sangat segar untuk ditonton sekarang. Menjadi menarik mengingat film ini dirilis 100 tahun lalu, dan masih bisa dinikmati seabad kemudian
4. A Trip To The Moon (1902)
A Trip To The Moon dianggap sebagai salah satu film Sci-fi pertama, dan menjadi karya luar biasa Georges Melies. Ceritanya mampu disajikan dengan cukup menarik, meskipun film ini merupakan film bisu. Efek visualnya yang khas, menjadikan A Trip To The Moon adalah film yang progresif pada zamannya.
Dengan durasi hanya 14 menit, penggunaan teknik-teknik seperti stop-motion, dan superposisi gambar, membawa dampak pengaruh yang cukup luas dalam perkembangan sinema.
Salah satu adegan paling ikonik dari film ini adalah saat roket mendarat di mata bulan, dan menjadi sejarah tersendiri bagi kehadiran film Sci-fi. Karya ini sekaligus menjadi karya George Melies yang megah, dan sangat dihormati sebagai tonggak awal sejarah perfilman modern.
5. The Phantom Carriage (1921)
The Phantom Carriage menjadi film bisu asal Swedia, dan menjadi daftar menarik sebagai salah satu karya sejarah perfilman. Disutradarai oleh Victor Sjostrom, sekaligus menjadi pemeran, film ini berfokus pada karakter David Holme yang merenungkan kesalahan masa lalunya di tragedi kereta berhantu pada malam tahun baru.
Cerita ini menjadi sangat inovatif, dengan kedalaman eksplorasi karakter yang sedang dalam pencarian jati diri. Melalui kehadiran hantu, sang tokoh utama diajak untuk mencoba mengkonsep ulang bagaimana dirinya di kemudian hari.
The Phantom Carriage sekaligus membawa dampak luas dari berbagai film modern yang kita lihat dengan konflik yang sama. Memang film yang jenius dan melampaui zaman!
6. Häxan (1922)
Beralih ke daftar film yang juga berasal dari Swedia. Haxan menjadi film yang cukup mencekam dengan tema folklor dan ilmu sihir yang diangkatnya. Dengan gaya penyajian dokumenter-naratif, film ini merekonstruksi secara dramatis bagaimana praktik sihir di abad pertengahan.
Film ini juga cukup vulgar, dan sempat beberapa kali menuai kontroversi karena adegan penyiksaan dan telanjang yang mengarah ke seksualitas. Haxan sekaligus menjadi tonggak awal bagaimana film horor yang nampak brutal hadir ke media film.
Gaya yang inovatif, dan citra visual yang menjadi sisi mencolok dalam film, menjadikan Haxan sebagai salah satu film kreatif dan melawan budaya populer pada zamannya. Haxan sekaligus menjadi rujukan tentang sejarah dan perkembangan film, hingga membuat Benjamin Christensen menjadi sosok yang sangat dihormati, terutama dalam genre horror
7. The Hunchback Of Notre Dame (1923)
The Hunchback of Notre Dame menjadi film terpopuler di perilisannya, pada 1923 silam. Film ini merupakan adaptasi cerita dari novel klasik karya Victor Hugo, dan menampilkan penampilan luar biasa dari aktor legenda Lon Chaney sebagai Quasimodo.
Lon Chaney secara luar biasa mampu menyajikan gambaran penghuni Katedral Notre Dame dengan penggambaran yang cukup suram. Meskipun ini merupakan sebuah film bisu, namun dengan arahan yang luar biasa dari Wallace Worsley, film ini mampu memberikan gambaran yang bisa ditangkap oleh penonton dengan sangat lugas.
Konfliknya juga cukup menarik, dengan Quasimodo yang jatuh cinta pada seseorang yang termarjinalkan karena dianggap penyihir. Konflik ini menggambarkan tentang perjuangan Quasimodo, dan penggambaran ironis dari pesan utamanya.
Baca Juga:
- 15 Elf Terkuat di The Lord of the Rings
- Deretan Fakta The Walking Dead: Daryl Dixon yang Tayang di Netflix
- Ultron Dipastikan Muncul di Serial White Vision
8. Intolerance (1916)
Intolerance menjadi film klasik yang cukup menarik karya dari D.W. Griffith. Dengan cerita yang kompleks, penampilan dalam film ini juga cukup totalitas dengan produksinya yang dikabarkan sangat sulit.
Dengan mengambil empat latar cerita yang saling terkait, tema yang dibawa oleh film ini terutama berfokus pada konflik judulnya, Intolerance (Intoleransi) budaya, dan sejarah tentang Babylonian, Christ, Judean, dan Modern Story sebagai pemantik. Setnya bisa dibilang sangat megah, dengan menghadirkan ratusan aktor yang terlibat. Menjadikan film ini sebagai proyek yang ambisius karya Griffith.
Penggunaan teknik cross-cutting, dihadirkan untuk menggabungkan setiap elemen cerita hadir ke dalam narasi yang dibangun. Pesannya juga cukup mendalam, dengan konflik yang disebutkan di atas. Intolerance masih menjadi salah satu mahakarya luar biasa dalam sejarah perfilman, dan masih sangat diperhitungkan hingga sekarang sebagai salah satu titik awal perkembangan film ke arah yang lebih luas.
9. The Birth Of A Nation
Masih ke dalam film karya D.W. Griffith yang juga tak kalah sensasional. The Birth of a Nation menjadi salah satu film yang cukup kontroversial di zamannya, dan membawa tema utama tentang isu kulit hitam.
Dengan cerita yang mengisahkan dua keluarga, The Stonemans dan The Camerons, pada periode Perang Saudara Amerika, penggambaran tentang ketegangan rasial yang muncul dalam era tersebut, menjadi pesan utama yang coba diangkat.
Film ini menjadi provokatif karena dianggap terlalu membawa sentimen negatif kepada masyarakat kulit hitam sebagai sosok yang jahat. Meski begitu, di sisi lain The Birth of a Nation dianggap salah satu karya film yang memukau dari aspek penceritaan dan elemen-elemen teknis di baliknya.
10. Dr. Mabuse The Gambler
Dr. Mabuse The Gambler menjadi film Jerman yang juga bisa dikatakan sebagai karya yang progresif. Disutradarai oleh Fritz Lang, film ini menjadi bagian salah satu karyanya yang cukup melegenda. Dengan cerita yang disajikan dalam dua bagian, tentang Dr. Mabuse sebagai sosok penjahat cerdas dan manipulatif.
Dalam cerita, Dr. Mabuse terlibat dalam berbagai kegiatan kriminal, terutamanya tentang perjudian yang membawanya ke dalam sebuah aksi manipulasi psikologi yang kompleks. Mabuse berupaya meraih kekuasaan, dan memegang kontrol atas masyarakat dengan segala kecerdasan yang dimilikinya.
Menjadi menarik, bagaimana cerita sekompleks ini mampu hadir di tengah-tengah Jerman sedang dilanda berbagai konflik setelah Perang Dunia 1. Karya yang bisa dibilang mampu merekam sejarah, budaya, dan kondisi yang ada di tempat lahir si film, dalam balutan cerita yang cerdas.
11. The Ten Commandments
Sutradara Cecil B. DeMille menjadi salah satu tokoh penting dalam perkembangan film, lewat salah satu karyanya yang cukup megah, The Ten Commandments. Dengan tema cerita tentang The Fall of Babylon, dan Moses and the Exodus, film ini menawarkan penggambaran kedua cerita tersebut lewat visual yang cukup megah.
Mungkin bisa dibilang film ini merupakan salah satu film religi, dan menceritakan perjalanan Musa dari kecil, hingga akhir perjalanannya sebagai seorang penyelamat. Film ini juga diremake di tahun 1956 oleh Cecil B. DeMille, dan masih mampu membawa feel yang sama.
The Ten Commandments menjadi film tersukses dan terikonik, berkat totalitas sang sutradara dalam mencoba menawarkan penyajian cerita legenda melalui media film. Kehadirannya, sekaligus memberi pandangan baru tentang bagaimana cerita sejarah, bisa diceritakan ulang dalam bentuk peran.
12. A Woman Of Paris
A Woman of Paris menjadi salah satu film Charlie Chaplin yang cukup berbeda, karena dirinya tidak hadir sebagai sosok ikonik yang biasanya turut andil. Dirinya berperan sebagai sutradara, dan menunjukkan bagaimana sisi lain Charlie Chaplin lewat eksplorasi sosok wanita yang terjebak dalam situasi rumit.
Karakter tersebut bernama Marie, yang menjadi tokoh utama dengan niat awal pergi ke Paris untuk memulai hidup baru, namun justru tenggelam ke konflik asmara yang cukup rumit. Hal yang menjadi menarik, film ini tidak terlalu menonjolkan komedi seperti film Chaplin yang lain, namun menampilkan drama yang menjadi layer utama dalam ceritanya.
Jadi, bagi kamu yang belum menonton, mungkin sedikit gambaran di atas mampu memberimu petunjuk bahwa film ini tidak seperti film Chaplin kebanyakan.
13. Oliver Twist (1922)
Selanjutnya, daftar berada pada film karya Charles Dickens, sebagai sosok yang cukup berpengaruh lewat karyanya. Oliver Twist, karya Dickens menjadi film yang menggambarkan sosok anak yatim piatu dalam sebuah pelariannya dari panti asuhan.
Pelariannya ini, justru membawa dirinya ke dalam kehidupan kriminal di London, dengan kelompok pencuri di bawah pimpinan Fagin. Meskipun merupakan film bisu, Oliver Twist mampu memberikan penonton bagaimana pengembangan Oliver Twist dari yang mulanya sosok polos, kemudian harus berada di sebuah kelompok kriminal.
Peran Jackie Coogan juga bisa dibilang ikonik, dan membawanya sebagai salah satu bintang cilik berbakat dalam sejarah film. Perilisan lainnya di tahun 1948 juga menjadi salah satu karya yang bisa kalian nikmati, namun dengan sutradara David Lean. Keduanya masih sama-sama menyenangkan untuk ditonton.
14. The Great Train Robbery (1903)
Muncul di awal abad 19, The Great Train Robbery menjadi tonggak awal dunia film Amerika di tengah-tengah film bisu yang memang sedang mencuat di dunia barat. Film ini membawa cerita perampokan yang cukup menegangkan, meskipun singkat.
Dengan durasi hanya 12 menit, film ini cukup sukses dengan sematan sebagai film naratif tersukses di zamannya. Tekniknya yang cukup rumit, dan alur narasinya yang lugas, membuat The Great Train Robbery menjadi film inovatif di abad 19.
Edwin S. Porter sangat sukses mengemas cerita ini, dan membuatnya menjadi sosok yang sangat berpengaruh dalam sejarah sinema, khususnya di Amerika.
15. The Astronomer’s Dream (1898)
Daftar terakhir dalam artikel ini, membawa penulis ke satu nama yang cukup khas dan melegenda. Dirilis pada 1898, The Astronomer’s Dream menggambarkan kisah seorang astronom yang tertidur dan mengalami mimpi fantastis di mana ia melakukan perjalanan ke luar angkasa.
Dalam mimpinya, ia menghadapi berbagai keajaiban, termasuk bertemu dengan makhluk-makhluk luar angkasa dan mengalami berbagai efek visual yang menakjubkan. Premisnya cukup kreatif dan inovatif, serta elemen-elemen yang ada juga menawan di zamannya.
Dengan durasi hanya 3 menit, film ini menjadi inovasi awal pada penyampaian cerita yang imajinatif ke dalam media film. Efek visualnya juga menjadi faktor pendukung yang memberikan atmosfer tambahan dari premis yang diangkat. Mungkin banyak orang yang kaget (termasuk penulis), bahwa film ini hadir di akhir abad 18, dengan teknologi yang belum semasif sekarang.
Jangan sampai ketinggalan update berita soal film dan pembahasan unik soal film hanya di BahasFilm.id.