10 Rekomendasi Film Found Footage Terbaik!

Secara mengesankan film-film found footage mampu membius penonton menikmati segala elemen yang tampak raw dalam adegan. Meskipun sub-genre ini nyaris lebih sering berada dalam film-film horor, namun nyatanya terdapat beberapa film di luar genre horor yang cukup efektif dalam menerapkannya.

Narasi yang nyaris mentah, serta cenderung menampilkan kekacauan yang ada, daftar-daftar ini cukup bisa menyajikan premis yang lebih menyenangkan dalam balutan teknik ini.

Sejak kehadiran The Connection 1961 yang tercatat sebagai film pertama yang menggunakan found footage, serta Cannibal Holocaust yang sukses memperluas teknik ini kepada khalayak luas, daftar di bawah akan menyajikan 10 film terbaik yang sukses menerapkan found footage kepada penonton melalui narasi yang dibawanya!

1. One Cut of the Dead

found footage

Cukup mudah membayangkan secara singkat bahwa One Cut of the Dead karya Shinichiro Ueda akan menjadi film kacau, raw, dan nyaris tanpa arahan jelas. Bagaimana film ini mengarah ke elemen konvensional, one shoot long, serta kehadiran zombie seperti di rumah hantu, menjadi penggambaran singkat bagaimana film ini berjalan.

Secara premis, film ini cukup sederhana, dengan sekelompok kru film amatir melakukan syuting film zombie, hingga akhirnya diserang oleh sekelompok zombie dan menjadikan segala hal yang mereka lakukan hancur begitu saja.

Tak mudah membuat sebuah film berantakan mampu ditangkap penonton, bahwa sebenarnya ide yang ditawarkan si film jauh daripada yang terlihat. Namun, One Cut of the Dead nyatanya bukan di jalur tersebut, dan sukses membawa satiran luar biasa ke khalayak luas.

2. Host

Mengerikan, padat, dan singkat menjadi 3 kata yang cukup menggambarkan film horor yang hadir di tengah pandemi ini. Secara durasi, Host hanya memiliki 57 menit waktu dengan latar yang sempit untuk bisa menonjolkan elemen horor yang memang menjadi temanya.

Secara premis juga cukup sederhana, di mana mereka melakukan sebuah video meet di Zoom dan melakukan ritual pemanggilan arwah hingga diteror oleh entitas yang mengerikan. Tampak klasik, terlepas dari elemen yang dibawanya memang hadir di era modern. 

Namun, apa yang disajikan secara teror cukup efektif dan memberikan efek kejut yang cukup sebagai sebuah film horor. Terlebih kabar bahwa film ini hanya memiliki anggaran rendah, dan sutradara Rob Savage mampu mengolah segala elemen ini ke dalam horor yang efektif mengerikan, menjadi pujian tersendiri bagi segala yang disajikan dalam Host.

3. Cannibal Holocaust

found footage

Sangat mudah memasukan Cannibal Holocaust ke jajaran film terbaik di genre ini. Segala yang disajikan cukup kejam, hingga disemat sebagai film paling kontroversial di zamannya, mungkin hingga sekarang. Ruggero Deodato memanfaatkan found footage yang tidak lazim di era tersebut, dan membawa kita ke pengenalan found footage yang tajam!

Cannibal Holocaust layaknya sebuah video gelap dan sangat mungkin semua orang tidak bisa menikmatinya dengan nyaman. Premisnya juga sangat menarik, awalnya seperti film aksi menegangkan tentang sekelompok kru film yang mencoba melakukan dokumenter tentang suku kanibal di pedalaman dan tidak pernah kembali.

Semakin ke tengah, kegilaan yang ditawarkan jauh lebih mengkhawatirkan. Segalanya terasa sangat mentah dan nyata, mungkin lebih bisa dibilang pembantaian kejam dari para suku kanibal yang menjadi teror utama di cerita.

Mungkin Cannibal Holocaust menjadi tonggak berpengaruh dari film-film found footage yang hingga sekarang ditawarkan. Namun, sejauh ini belum ada yang melebih kontroversinya. 

4. Troll Hunter

Troll Hunter menjadi fantasi horor Norwegia yang cukup menarik perhatian khalayak yang cukup unik dalam memadukan found footage-nya. Sekelompok mahasiswa mencoba melakukan dokumentasi tentang sosok Troll (makhluk mitologi Norwegia) di mana hal ini membawa mereka ke perjalanan yang mengesankan, mungkin bisa disebut menyeramkan!

Troll di sini menjadi sosok ikonik dan cukup dikenal hingga sebagai folklor yang famous di dunia horor dengan penampilan besar mengancam. Meskipun begitu, terdapat beberapa adegan menyenangkan, dan tidak sepenuhnya menyeramkan dari apa yang dibawa Troll Hunter sebagai sebuah film horor.

Bagi pecinta cerita mitologi, Troll Hunter bisa menjadi opsi menarik dalam film found footage. Fantasi dan sisipan komedi yang dihadirkan, memberikan pengalaman menarik bagi penonton untuk menikmati film bergaya found footage yang berbeda daripada found footage yang lebih sering lekat dengan jumpscare mengerikan.

5. Lake Mungo

Lake Mungo

Bisa dikatakan secara teknikal bahwa film ini mengadopsi gaya dokumenter fiksi, atau bisa disebut sebagai mockumentary. Namun, apa yang ditawarkan Lake Mungo masih beririsan dengan found footage yang menawarkan temuan-temuan rekaman sebagai penghubung visual dalam cerita.

Membawa Joel Anderson sebagai sutradara yang tahun lalu cukup sukses dengan Late Night with the Devil, apa yang dihadirkan dalam Lake Mungo cukup efektif memberi kejutan dan ketegangan pada penonton, lewat beberapa sisi traumatik pada keluarga Palmer, serta pengungkapan puzzle misteri dari kematian sang putri, Alice Palmer.

Secara pendekatan, bisa dibilang Lake Mungo cukup halus, sebelum konflik utama yang dihadirkan cukup intens menegangkan. Mengingat bahwa Lake Mungo merupakan film indie dengan segala keterbatasan yang ada, cukup mengejutkan penonton ketika beberapa rekaman mentah yang hadir mampu menambah efektifitas kedalaman misteri yang dibawa.

Baca juga:

6. V/H/S 94

VHS 94

V/H/S 94 mungkin menjadi contoh bagaimana akar found footage bisa dijadikan dalam sebuah antologi yang khas dengan waralaba ini. Sekaligus menjadi instalasi keempat franchise V/H/S, V/H/S 94 lebih efektif dalam menggunakan formula segmen dalam beberapa babak cerita daripada pendahulunya.

Secara keseluruhan film ini masih mengesankan, dan sedikit intermezzo bagi yang belum tahu, bahwa Timo Tjahjanto kembali hadir di salah satu segmennya. Segala segmen yang disajikan masih sangat baik dinikmati, dan tentu saja seperti yang dijelaskan di atas, di mana setiap babak akan berkesinambungan hingga bermuara pada satu kasus; sebuah kelompok kult besar.

Kejam dan mengancam mungkin menjadi kata yang bisa mendeskripsikan bagaimana film ini akan ditampilkan, dan cukup memberi warna tambahan bagi franchise ini setelah beberapa kali tidak cukup sukses memberi kesan baik bagi penggemar.

7. The Blair Witch Project

The Blair Witch Project

Jika dalam daftar atas menyebutkan bahwa Cannibal Holocaust cukup sukses memperkenalkan found footage ke khalayak luas, maka The Blair Witch Project lebih menjangkau pengenalan teknik ini kepada khalayak yang lebih luas untuk menyadari bahwa found footage sangat efektif digunakan dalam film horor.

Dengan anggaran yang cukup rendah, nyatanya film ini mampu menawarkan teror yang efektif dengan plot yang tak kalah mengesankan daripada film-film horor tradisional. Premis film ini mungkin sederhana, dengan Heather, Josh, dan Mike yang merupakan tiga mahasiswa pembuat film, yang mencoba membuat dokumenter tentang legenda urban Blair Witch di hutan Black Hills, Maryland.

Mungkin kalian tahu apa yang akan terjadi pada mereka, dan bagaimana mereka akan menghadapi sang penyihir. Namun segala yang dibangun sebelum konflik utamanya hadir, cukup memberikan penonton pengalaman imersif dengan teka-teki yang ada, bahkan hal ini bisa dirasakan hingga klimaks cerita!

8. Paranormal Activity

Terdapat nama film horor dengan premis klise yang mungkin tidak cocok bagi para pecinta horor yang merasa muak dengan repetitif ini di era sekarang. Tetapi Paranormal Activity mungkin masih bisa menjadi opsi yang menarik lewat beberapa set sederhana, begitu juga elemen-elemen yang menyelimutinya.

Pendekatan found footage yang ada, menjadikan film ini terasa genuine layaknya tipikal cerita horor yang diceritakan oleh kerabat, atau teman dalam sebuah perbincangan. Ketakutan yang dihadirkan lebih menyeramkan, seolah menantang penonton untuk mampu terus menikmatinya.

Dengan budget yang minim, Paranormal Activity layaknya penantang di gempuran film-film horor berbudget fantastis dengan segala set mewah yang dibawa di eranya, dan masih cukup memberikan teror yang memang menjadi tujuan utama dari genre ini.

9. The Medium

The Medium

Penggunaan sebuah video dokumenter-found footage ternyata lebih efektif dalam memperkenalkan beberapa elemen budaya yang menjadi latar cerita. Hal ini juga terjadi dalam The Medium, yang cukup mencuat lewat latar yang dibawanya.

Mengikuti kehidupan Mink yang menunjukan sebuah perilaku aneh, dan ritual yang dilakukan oleh Nim, seorang dukun yang dianggap sebagai penerus dewa lokal yang merupakan bibi Mink. Secara perlahan film ini memberikan pengalaman imersif bagi penonton, sebelum adegan menjadi lebih intens di tengah hingga akhir.

Latar yang dibawa, mulai dari kehidupan, kebiasaan, serta beberapa ritus yang ada di Thailand, bisa digambarkan dengan cukup mengesankan dan mampu memperkuat narasi utama cerita, bahkan menjadi elemen utama dalam ketegangan yang dihadirkan.

Cukup sulit untuk lepas dari film ini, dan terasa nanggung jika penonton tidak menikmatinya hingga akhir. Meskipun terasa lambat, namun segala jawaban yang ada masih terus menarik untuk diikuti, dan bukan tipikal horor yang menonjol dengan sisi seramnya saja.

10. Death of a Vlogger

Jika beberapa penikmat resah dengan sebuah tema film harus kontemporer, maka Death of a Vlogger mungkin bisa menjadi jawaban keresahan sebagian orang tentang hal yang disinggung, dan secara sentimental mengangkat isu yang ramai di era sekarang. 

Film horor psikologis ini, merupakan sebuah film festival yang hadir di 2019, dan merupakan katalog karya Graham Hughes yang cukup segar dalam tema horor. Pendekatannya pada isu media sosial, dalam gabungan fenomena supranatural, menjadi alasan mengapa film ini cukup mampu relevan bagi sebagian orang.

Diperankan oleh Graham yang merupakan seorang vlogger, dirinya mencoba membagikan beberapa aktivitas paranormal yang ada di apartemennya dan cukup sukses menarik perhatian. Hingga akhirnya dia menemukan bahwa keberhasilan tersebut membawa konsekuensi yang besar, Graham merasa tertekan dengan segala hal yang terjadi.

Death of a Vlogger mungkin tidak semenyeramkan itu. Namun apa yang ditawarkan lebih menonjol pada aspek psikologis dari sang karakter, dan budaya massa di era digital. Daftar ini bisa menjadi opsi menarik, dan bisa ditonton instan dengan hanya 1 jam setengah durasi yang dihadirkan.

Jangan sampai ketinggalan update berita terbaru dan pembahasan unik soal film dan series hanya di BahasFilm.id.

Penulis
  • Rama Satria Agung

    Tumbuh berkembang bareng tulisan dan bacaan. Punya hobi nulis yang lagi coba dikembangin. Anaknya Pop Culture banget.

Share:

Tinggalkan komentar

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.