8 Film Awal 2000an yang Gagal Mengikuti Resep Lord of the Rings

Lord of the Rings merupakan salah satu franchise yang sangat terkenal berkat dunianya yang luas serta kisahnya yang benar-benar dahsyat. Hal ini mendorong beberapa sineas mencoba mengikuti formula yang diterapkan oleh franchise tersebut.

Tapi sayangnya, beberapa film awal 2000an justru gagal mengikuti resep Lord of the Rings. Sejumlah film ini mendapatkan hujan kritik dan akhirnya dilupakan oleh para penonton. Penasaran apa saja film awal 2000an yang gagal mengikuti resep Lord of the Rings? Ini ulasan lengkapnya untuk kita bahas.

Film Awal 2000an yang Gagal Mengikuti Resep Lord of the Rings

Kira-kira apa saja film awal 2000an yang gagal mengikuti resep Lord of the Rings? Ini daftar film yang bakalan masuk daftar.

1. Dungeons & Dragons (2000)

Diluncurkan sebelum The Lord of the Rings, Dungeons & Dragons berambisi membawa fantasi epik ke layar lebar. Sayangnya, film ini gagal total. Cerita tentang dua pencuri yang terjebak dalam perebutan kekuasaan di kerajaan Izmer ini punya potensi dunia fantasi yang besar, namun ditampilkan secara medioker.

Efek visual yang buruk, akting datar, dan naskah kacau membuatnya terlihat seperti parodi dari genre yang seharusnya diangkat. Hollywood saat itu belum serius terhadap film fantasi, dan Dungeons & Dragons menjadi bukti nyata.

Alih-alih menghidupkan genre seperti yang dilakukan Jackson, film ini justru memadamkan minat publik. Akibat kegagalannya, waralaba ini tenggelam dan hanya muncul kembali dalam bentuk film direct-to-video hingga akhirnya bangkit kembali pada 2023. Film ini mencoba menjadi pelopor fantasi besar, tetapi justru menunjukkan bagaimana tidak membuat film fantasi yang baik.

2. Twilight (2008)

Saat The Lord of the Rings dan Harry Potter berjaya, Hollywood mencari waralaba fantasi baru, dan Twilight menjadi jawabannya. Adaptasi novel Stephenie Meyer ini menceritakan Bella Swan, remaja biasa yang jatuh cinta pada vampir misterius, Edward Cullen. Sayangnya, meskipun populer, Twilight gagal menembus batas genre seperti The Lord of the Rings.

Alih-alih menjadi kisah epik yang mengangkat genre fantasi, film ini lebih terasa seperti drama romantis remaja yang manis berlebihan. Film ini memang sukses secara komersial dan punya basis penggemar yang kuat, tetapi tidak pernah dianggap sebagai karya sinematik besar.

Bagi banyak orang, Twilight justru merepresentasikan sisi “ringan” dan klise dari genre fantasi modern. Berbeda dengan The Lord of the Rings yang mengangkat standar film fantasi, Twilight lebih terasa seperti produk budaya pop yang cepat tenggelam seiring waktu.

3. Stardust (2007)

Stardust sebenarnya adalah salah satu film fantasi terbaik dekade 2000-an, namun tetap gagal menjadi waralaba besar. Film ini mengikuti petualangan Tristian Thorne ke dunia magis demi mengambil bintang jatuh untuk wanita yang ia cintai.

Ternyata, bintang tersebut menjelma menjadi perempuan bernama Yvaine. Film ini memiliki nuansa dongeng klasik dan kisah yang memikat, tetapi tampil dengan skala yang lebih kecil dibanding The Lord of the Rings.

Meskipun mendapat ulasan positif dan memiliki visual yang menawan, Stardust tidak memiliki pengaruh budaya yang besar dan tidak diikuti oleh sekuel. Film ini lebih memilih pendekatan personal dan jenaka ketimbang epik dan serius.

Meskipun tidak mencoba meniru formula Jackson sepenuhnya, Stardust tetap menjadi contoh bagaimana film fantasi solid sekalipun bisa tenggelam tanpa dukungan pemasaran kuat dan momentum franchise yang besar.

4. In the Name of the King (2007)

Dibintangi Jason Statham, In the Name of the King: A Dungeon Siege Tale mencoba menggabungkan aksi dan fantasi dalam skala besar.

Kisahnya mengikuti seorang petani yang berubah menjadi pahlawan setelah keluarganya dibunuh makhluk kegelapan, dalam perjalanan menemukan takdir kerajaannya. Sayangnya, film ini dihancurkan oleh naskah lemah, efek visual murahan, dan akting yang tak meyakinkan.

Meski berupaya menghadirkan elemen layaknya The Lord of the Rings, kerajaan, penyihir, dan perang besar—hasilnya terasa seperti tiruan kelas B. Dengan anggaran besar tetapi kualitas rendah, film ini menjadi salah satu titik rendah karier Statham.

Niat menyusul suksesnya film fantasi besar gagal total, membuat In the Name of the King dikenang bukan karena kehebatannya, tapi karena keburukannya. Alih-alih menjadi pesaing Tolkien, film ini justru memperlihatkan betapa sulitnya meniru kesuksesan Jackson.

5. The Chronicles of Narnia (2005-2010)

Diangkat dari karya legendaris C.S. Lewis, The Chronicles of Narnia memiliki semua elemen fantasi yang dibutuhkan: dunia paralel, makhluk mitologi, perang epik, dan pesan moral. Film pertamanya sukses besar, namun seiring berjalannya waktu, daya tariknya memudar. Berbeda dengan The Lord of the Rings yang relevan hingga kini, Narnia lebih cepat kehilangan pengaruhnya.

Salah satu penyebabnya adalah segmentasi usia yang terlalu muda, membuat ceritanya terasa kurang kompleks bagi penonton dewasa. Selain itu, perubahan studio dan ketidakpastian arah franchise membuat serial ini gagal mempertahankan momentum.

Meskipun visual dan musiknya indah, Narnia tidak pernah benar-benar menandingi intensitas atau kedalaman emosional trilogi Tolkien. Franchise ini sempat mencoba menjadi pewaris mahkota fantasi layar lebar, tetapi akhirnya hanya jadi pengingat bahwa suksesnya The Lord of the Rings bukan sesuatu yang mudah untuk direplikasi.

6. The Seeker: The Dark Is Rising (2007)

The Seeker: The Dark Is Rising adalah contoh klasik dari film fantasi yang gagal sejak awal. Berpusat pada Will Stanton, seorang remaja yang mengetahui bahwa dirinya bagian dari ramalan kuno dalam perang antara terang dan gelap, film ini mencoba menggabungkan elemen Harry Potter dan The Lord of the Rings.

Namun, tanpa aktor besar, efek visual mumpuni, atau naskah kuat, film ini langsung tenggelam di pasaran. Minim promosi dan berbasis dari novel yang kurang dikenal, film ini bahkan gagal menutup biaya produksinya.

Alih-alih menjadi awal dari saga besar, The Seeker menjadi pengingat pahit bahwa tidak semua novel fantasi cocok difilmkan. Tanpa dunia yang membekas atau karakter yang menarik, film ini lenyap dari ingatan penonton. Tidak heran jika banyak yang bahkan tak tahu bahwa film ini pernah ada, berbeda jauh dengan dampak abadi Lord of the Rings.

7. The Golden Compass (2007)

Setelah sukses besar The Lord of the Rings, New Line Cinema mencoba mengulang formula lewat The Golden Compass, adaptasi dari novel Philip Pullman. Film ini punya dunia alternatif yang menarik: manusia memiliki roh berwujud hewan, dan kekuatan gereja menjadi kekuatan antagonis utama. Dengan pemeran bintang seperti Nicole Kidman dan Daniel Craig, ekspektasinya tinggi.

Namun, film ini gagal memikat penonton Amerika karena kontroversi tema anti-dogmatisme dan narasi yang terasa membingungkan. Akibatnya, box office mengecewakan dan rencana sekuelnya dibatalkan. Ironisnya, kegagalan ini juga menjadi salah satu penyebab New Line dilebur ke Warner Bros.

The Golden Compass punya semua elemen epik: dunia luas, tokoh pahlawan muda, konflik ideologis. Tetapi tanpa arah cerita yang jelas dan koneksi emosional yang kuat, film ini tidak pernah mendekati keajaiban The Lord of the Rings.

8. Eragon (2006)

Dikenal sebagai salah satu calon pewaris The Lord of the Rings, Eragon punya premis klasik fantasi: anak muda menemukan takdir besar, seekor naga setia, dan misi menyelamatkan dunia. Sayangnya, semua potensi itu gagal terwujud.

Adaptasi dari novel Christopher Paolini ini terburu-buru memadatkan alur kompleks ke dalam satu film berdurasi pendek, sehingga karakter dan konflik terasa datar. Meskipun menampilkan Jeremy Irons dan visual yang cukup layak, film ini dihantam oleh kritik karena narasi lemah, dialog klise, dan hilangnya banyak elemen penting dari bukunya.

Harapan membangun waralaba besar langsung pupus, dan sekuel pun tak pernah dibuat. Eragon seolah ingin menjadi The Lord of the Rings untuk generasi muda, tetapi justru menjadi contoh bahwa adaptasi yang setengah matang bisa merusak potensi franchise besar. Kini, banyak yang hanya mengenangnya sebagai kesempatan emas yang terbuang sia-sia.

Itulah beberapa film yang gagal mengikuti resep Lord of the Rings. Kira-kira mana di antara film yang gagal mengikuti resep Lord of the Rings tersebut yang paling mendekati?

Tonton film yang gagal mengikuti resep Lord of the Rings di sini

Jangan sampai ketinggalan update berita soal film dan pembahasan unik soal film hanya di BahasFilm.id.

Penulis
  • Bang Adam

    Suka berbagai genre film. Pelan-pelan hobi nonton jadi hobi review dan akhirnya beneran kecebur di dunia kepenulisan film. Hobi jadi kerjaan? Kenapa gak?

Share:

Tinggalkan komentar

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.